Rabu, 27 Agustus 2008

Review

Lahir di Sakkar ni Huta sebuah desa di Balige, 4 April 1942, Rudolf Martzuoka Pardede adalah seorang anak yang terlahir dari keluarga yang mewarisi kerja keras. Ayahnya Tumpal Dorianus Pardede adalah seorang pria bersahaja dan pekerja keras yang berasal dari desa Parlobuan sementara ibunya Hermina Br Napitupulu adalah seorang yang berkepribadian hangat dan mampu memberikan inspirasi untuk giat berusaha. Sikap serta sifat yang diwariskan oleh kedua orangtuanya sampai kini benar benar membekas dan menjadi karakter Rudolf M Pardede. Kelahiran Rudolf sebagai Putra pertama saat itu adalah kelahiran yang sangat dinantikan.
Selain itu Rudolf Pardede tumbuh ditengah tengah keluarga yang mengedepankan ajaran agama, maka tak heran semasa kecilnnya, keluarga besar TD Pardede menerapkan pendidikan agama sebagai suatu kewajiban.

Jejak Politik
Kariernya di dunia politik memang baru dimulainnya sekitar awal tahun delapanpuluhan. Sebelumnnya Rudolf yang terkenal sebagai seorang pebisnis yang cukup berhasil. Terbukti tahun 1987 ketika usiannya menginjak 45 tahun sejumlah fungsionaris PDI yang waktu itu masih dipimpin Suryadi. Namun kala itu Rudolf M Pardede masih menmpiknnya, ia lebih fokus ke bisnis yang dimiliki keluargannya.Tahun 1987 meskipun menampik tawaran sejumlah fungsionaris PDI, namun Rudolf selalu mendapatkan masukan masukan besar yang kelak mewarnai pemikirannya di Pemerintahan. Tak boleh ditampik pemikiran hebatnya adalah merupakan pencitraan dari ayahnnya TD Pardede yang tak lain adalah seorang tokoh politik berpengaruh, seperti diketahui, TD Pardede adalh mantan Menteri Berdikari di era pemerintahan Soekarno. Diakui Rudolf, semasa hidupnya, ayahnya kerap menceritakan pemikiran pemikiran besar sang Poklamator kepada dirinya. Bahkan Rudolf sendiri menyebut sang ayah sebagai "Soekarnois Sejati".
Namun sejak kemunduran TD Pardede dari panggung politik, kemudian Rudolf mendapat pinangan dari PDI. Dan akhirnya tahun 1987 Rudolf mengubah pandangannya. Ia kerap aktif di kepengurusan PDI di Medan dan jakarta. Setelah merasa cukup matang akhirnya Rudolf menerima ajakan para pengurus dan kemudian menjadi anggota PDI. Kariernya di PDI pimpinan Suryadi kala itu semakin melejitkan Rudolf. Dan terbukti ia sempat merasakan bagaimana menjadi anggota DPRRI. Namun diakuinya saat menjadi anggota DPR ia anggap, menjadi anggota DPR hanya ikut Koor saja, setuju setuju saja, seperti diungkapkannya dalam buku biografinya. Ia mengakui bahwasanya menjadi anggota DPR berbeda dengan sekarang sesudah masa reformasi. Dimana anggota DPR mempunyai kebebasan berpendapat lebih longgar.
Kariernya di DPI yang kemudian berlanjut di PDI-P terus mendongkrak nama Rudolf menjadi politikus matang. Terbukti di bawah kepemimpinannya, PDIP mampu menjadi partai besar di Sumatera Utara.(Mujahid Abdurrahim/Biografi Rudolf Pardede)

Tidak ada komentar: