Rabu, 27 Agustus 2008

Review

Rahmat lahir dari sebuah keluarga sederhana. Kedua orangtuanya, Hafiz H.Gulrang Sha dan Hj.Syarifah Sobat, tinggal di Desa Perdagangan Seberang, sebuah desa di pinggir hutan dekat kota kecil Perdagangan, Simalungun. Persis di belakang rumah mereka terbentang memanjang sungai Bah Bolon. Airnya jernih mengalir deras.
Menunggu kelahiran Rahmat merupakan saat-saat yang mendebarkan bagi anggota keluarga. Banyak peristiwa ganjil kala Rahmat masih dalam kandungan. Bila sebelumnya Hj.Syarifah mengandung anak-anaknya hanya sembilan sampai sepuluh bulan. Tetapi saat mengandung Rahmat lamanya sampai dua belas hari. Banya yang menduga kemungkinan Hj.Syarifah sedang mengandung anak kembar.
Keanehan lain terjadi pada suatu malam dan sehari sebelum melahirkan Hj.Syarifah bemimpi yang sama, ada seberkas cahaya seperti pelangi yang dirasakan masuk dalam perutnya. Lalu ia merasa dirinya bersih bercahaya seeprti kaca dan cantik sekali. Sebuah mimpi yang mengagetkan Hj.Syarifah. Pagi harinya, ia bertanya kepada suami dan ibunya (nenek Rahmat). Pertanda apakah mimpi itu?
"Anak kita yang satu ini akan berbeda dari saudaranya, jawab H.Gulrang Shah dengan rasa gembira.Tanda kebaikan, anak yang lahir kelak akan menjadi seorang pemimpin yang baik dan dermawan,jawab neneknya dengan rasa suka cita.
Itu sebabnya kelahiran Rahmat sangat ditungg-tunggu anggota keluarga. Tanggal 23 oktober 1950 menjelang subuh, bayi yang dinantikan itu pun lahir. Laki-laki, beratnya 5 kg, sehat dan lama di dalam kandungan ibnya, membuat kulit badannya merah dan gemuk.
Seluruh anggota keluarga tentu saja menyambut dengan penuh gembira. Anak laki-laki dalam keluarga besar Gulrang shah kini menjadi dua. Yang pertama, Arif, Rahmat sendiri anak keenam, tiga saudara lain di atasnya semuanya wanita. Sebetulnya ada satu lagi kakak Rahmad, Habib Syah namanya, namun meninggal dunia di zaman revolusi saat beruisa lebih kurang 5 tahun. Kelurga Rahmat tergolong keluarga besar yakni 16 bersaudara, delapan lelaki dan delapan wanita.
Isyarat dalam mimpi Hj.Syarifah bahwa Rahmat bakal berbeda dengan saudaranya menjadi kenyataan. Sifat dan perilaku Rahmat kecil sangat berbveda. Ia lebioh menonjol dibandingkan dengan anak-anak lain yang sebaya.
"Sangat aktif, tidak bisa diam. Ada saja yang dikerjakan. Saat kecil kami memanggilnya Amat.
Ia suka berenang,memancing, menjala ikan dan berburu ke hutan dengan ketapel. Kesenangannya pada hewan-hewean langka dan berbisa juga telah kelihatan sejak kecil.
Saat berusia 5 tahun, ayahnya membawanya ke kota Medan bersama Arif dan esan tinggal serumah dengan neneknya di jalan Semangka No.12. neneknya lah yang kemudian engasuh dan menyekolahkan rahmat bersama kedua kakanya, mulai SD, SMP hingga SMA.
Ayahnya sengaja engirim anak-anaknya ke kota besasrt agar mereka bisa mengenal kehidupan lebih lasdan belajar menadiri. Dalam mendidik anak-anak, ayahnya memang sangat keras dan disiplin, terutama untuk pendidikan agama.
"Kalau kami kecil, ayah sering mengajar mengaji dan memanggil guru agama. Saat itu sebuah rotan sudah tersedia di atas meja. Bagi yang tidak mau belajar langsung disabet ayah, kata Esan tentang sikap keras orangtuanya saat menyuruh anak-anaknya belajar agama. Dan saat itu biasanya Rahmat kecil sangat cerdik menyelematkan saudaranya dari pukulan rotan. "Bang Amat selalu menyimpan rotan yang digunakan ayah untuk memukul kami kalau salah satu malas mengaji, ujar Barkat Shah, adik kandung Rahmat.
Pada saat Rahmat berusia sekitar 10 tahun, serta ia ingin dikhitankan, permintaanya hanya satu, yakni jala ikan. Terpaksa orangtuanya menempahkan jala khusus sesuai ukuran dan beratnya. Rahmat kecil memiliki keinginan yang keras menandakan bahwa ia mempunyai potensi kemandirian pribadi yang sangat besar.

MENAPAK KARIR BERMANDI KERINGAT DAN OLI
Kala anak-anak muda seusianya asyik menikmati keindahan dunia remaja, Rahmat malah tetap sibuk bekerja keras di sebuah bengkel mobil milik keluarga untuk mencapai tekadnya. Hampir setiap hari ia bermandi keringat dan belumur oli kotor. Setiap hari ia mengayuh sepeda membawa alat mobil yang berat dan besar ukurannya. Hingga berpuluh kilometer jauhnya. Dengan kerja keras itulah Rahmat kemudian tertempa menjadi seorang montir serta pekerja yang handal. Sejak usia remaja ia suda terbiasa melakukan proses belajar sambil bekerja.
Ia rajin, ulet dan cepat beradaptasi dengan pekerjaan. Saya selalu menugasinya membeli spare parts dengan mengendarai sepeda. Amat orangnya cekatan, memakai tas punggung belakang sambil membawa plat baja dan tas besar yang diletakkan di boncengannya, ia mengayuh sepeda membawa pesanan spare parts dan peralatan berat untuk diperbaiki oleh tukung bubut. Karena kerajinannya, tepat janji dan ramah, salah seorang tukang bubut langganan bengkel saya, Pak Samin, sangat sayang padanya dan memberi seekor domba, kata Arif.
Karena harus bekerja guna mencapai cita-citanya, ia terpaksa bangun pagi pukul enam dan sering kembali ke rumah dari bekerja dengan tangan, muka dan badan hitam kena oli kotor. Tidak jarang tiba di rumah sudah larut malam dan langsung terbaring kewalahan, terkadang tanpa makan. Banyak sekali pengalaman pahit dan terhina yang dialaminya saat itu, akan tetapi justru hal itu yang memacu dan memotivasinya bekerja keras agar dapat berhasil dengan tekadnya.

MANDIRI DALAM USAHA
Atas perkenaan dan dukungan dari bosnya, Rahmat akhirnya membuka usaha sendiri. Tahun 1980, ia mendirikan PT Unitwan Indonesia yang bergerak dalam keagenan berbagai produk dari dalam dan luar negeri, di samping suplier dan kontraktor.
Ramalayan Surya Paloh dan Rusli Paloh tentang masa depan Rahmat, menjadi kenyataan. Begitu ia membuka usaha sendiri, nama Rahmat berkibar dan terkenal sebagai pengusaha muda yang ulet. Dalam waktu relatif singkat, kegiatan usahanya merambah ke berbagai proyek berskala besar.Mulai dari proyek pembangunan pabrik, jalan,irigasi, perumahan,sampai memasok alat-alat berat untuk perusahaan perkebunan. Wilayah Ekspansiya terus meluas hingga ke Jakarta, Kalimantan, singapura, Malaysia, Jepang, Korea, USA dan Kanda.

DESAKAN NURANI MEMBANGUN DAERAH
Tahun 1990, tatkala Gubsu mencanangkan program Marsipature Hutanabe semacam ajakan kepada pengusaha kelahiran Sumut yang telah sukses di perantauan agar kembali memperlihatkan tanah kelahiran, hati Rahmat tergugah.
Kemudian ia memutuskan ukntuk kembali ke Medan, kota tempat ia banyak menyimpan kenangan dan tempat memulai mengembangkan karirnya sebagai pengusaha. Padahal kesemaptan untuk lebih berkembang di Jakarta sangat terbuka luas. Suara hatinya bersikukuh memutuskan untuk tetap kembali ke Medan.
Selain itu, ia juga merasa telah melapaui target dari yang dicita-citakannya sehinga ia ingin berbuat di daerah kelahirannya dan menikmati hari tua dengan kelaurga serta teman-teman lama.
Begitu kembali ke daerah kelahiran, Rahmat mendirikan pabrik pengolahan alumunium PT Cakra Aluminium Industri, bekerja sama dengan salah seorang pengusaha daerah.
"Kebetulan waktu itu saya dipercaya menjadi ketua kompartemen aneka industri Kadinda Sumut. Aneh kan kalau saya tidak mempunyai kegiatan industri, katanya.
Pertimbangan Rahmat membuka pabrik itu karena melihat ada peluang yang dibutuhkan untuk mengembangkan indsutri alumunium di Sumatera Utara. Bahan baku alumunium yang dibutuhkan tersedia dari PT.Inalum.
Awal mengoperasikan kegaitan industrinya, di luar dugaan ternyata tantangannya cukup berat. Bahan baku alumunium tidak begitu saja didapat dengan mudah karena dimonopoi oleh grup perusahaan tertentu dan sangat sulit ditembus. Akhirnya Rahmat terpaksa mengimpor bahan baku untuk pabriknya dari berbagai negara dan mengeskpor kembali hasilnya.
PANTANG MENYERAH
Bukan Rahmat namanya kalau menyerah. Ia maju terus pantang mundur. Malah perusahaan industri alumunium itu berkembang pesat dan mendapat pujian para pelanggan baik dari dalam maupun luar negeri.
Oleh karenanya Rahmat terpaksa memilih salah satu di antara perusahaan Singapura untuk menjadi mitra. Sebuah perusahaan yangsudah membidangi usaha alumunium selama puluhan tahun. Dengan bermitra, Rahmat menginginkan peningkatan kapasita produksi PT. Cakra. Meski kemudian nama Cakra Alumuinium Industri berubah menjadi Cakra Compact. Selain itu, pemilikan saham pun berubah.
"Tidak masalah, yang penting menguntungkan, bisa menambah tenaga kerja dan tidak ada PHK, katanya.
BERMODAL ULET DAN KERJA KERAS MERAIH PENGHARGAAN
Keberhasilan Rahmat mengembangkan dunia usaha dan kegaitan sosial kemasyarkatan kerja ke Medan. Rahmat oleh Kadin Sumut, sesuai dengan jabatannya dipercaya menjamu belasan duta besar dari berbagai negara dipabriknya PT Cakra.
Di antara para duta besar itu terdapat duta besar dari Republik Turki. Melihat posisi strategis Rahmat dan potensi wilayah Sumut untuk kerjasma perdagangan bilateral, beberapa negara menawarkan Rahmat untuk menjadi diplomat kerjasama perdagangan bilateral, beberapa negara menawarakan kepada Rahmat untuk menjadi diplomat mereka. Dan tahun 1995a Rahmat resmi diangkat menjadi konsul jenderal kehormatan Republik Turki untuk hubiungan perdagangan langsung meliputi wilayah sumatera.
Dan sebelumnya tahun 1993, Rahmat menerima penghargaan Sahwali Awards dari satu badan pengawas lingkungan dan pemerintah di Bali sebagai pengusaha yang berwawasan lingkungan.
Kemudian tahun 1997, Rahmat mendapat anugera, Primaniyarta dari Presiden Ri yang diterima di Istana Negara karena perusahaanyaa dinilai yang paling berpestasi mengembangkan usaha ekspor non migas, tidak bermasalah dengan lingkungan, buruh, bank, pajakdan pihak lainnya. Justru di tengahkrisis ekonomi di mana sebagian besar perusahaan di tanah ari sedang mengalami kehancuran.(Mujahid Abdurrahim/dari buku biografi Rahmat Shah)

Tidak ada komentar: