Fantastic Four Vs Mr Bush Jr
Fidel Alejandro Castro Ruz (Kuba), Dr. Mahmoud Ahmadinejad (Iran), Juah Evo Morales Ayma (Bolivia) dan Hugo Chaves (Venezuela) (Fantastic Four), adalah sekian dari pemimpin di dunia ini yang dianggap sebagai “pembangkang” di mata negara Barat dan Amerika. George W. Bush Jr putra presiden G.Bush menganggap keempat presiden tersebut sebagai “poros setan”. Lantaran negara-negara tersebut selalu menjadi penentang kebijakan luar negeri Amerika Serikat dan sekutunya.
Namun sebaliknya, mereka menganggap dirinya sebagai “poros malaikat” dan menganggap Amerika dan Barat-lah sebagai “poros setan”. Dengan sifatnya yang heroik, revolusioner dan patriotik serta bermartabat tinggi, keempatnya selalu menentang politik dunia kapitalisme dan tidak pernah tunduk berbagai bentuk intervensi terhadap negaranya.
Dengan keberanian yang memukau, mereka menasionalisasi puluhan perusahaan asing dan dengan nekad membagi susu sekaligus beras gratis untuk penduduk miskin. Penguasa yang benar-benar mengurus rakyat dan mereka yang miskin mendapat prioritas pelayanan. Presiden yang langsung memotong gaji dirinya dan kabinetnya dan menetapkan pendidikan gratis untuk semua jenjang buat penduduknya.
Pemimpin yang selama ini sangat antusias memikirkan nasib rakyatnya. Mungkin itulah gambaran pemimpin yang dulu pernah diserukan oleh Nelson Mandela, “Pemimpin itu seperti seorang gembala. Ia berada di belakang kawanan, membiarkan yang paling lincah di depan, diikuti domba-domba yang lain, yang tidak menyadari bahwa mereka dipandu dari belakang”.
Kehadiran buku ini “Poros Setan (Kisah Empat Presiden Revolusioner: Fidel Castro – M. Ahmadinejad – Evo Morales – Hugo Chavez)” karya Robert E. Quirk dan kawan-kawan memang patut diacungi jempol. Dengan gaya bahasa yang ringan para penulis mengetengahkan berbagai sisi kehidupan keempat pemimpin radikal tersebut.
Setidaknya memberikan gambaran secara lugas potret kepemimpinan alternatif. Dimulai dari latar belakang kehidupannya, perilaku dan kepribadiannya, berbagai kebijakannya hingga berbagai aksi politiknya. Meski harus siap untuk dikucilkan, diembargo dan berbagai macam sangki yang lainnya, negara-negara tersebut tetap kukuh dan teguh mempertahankan eksistensi negaranya.
Apalagi kemunculannya sangat tepat. Di tengah-tengah arogansi dan hegemoni Amerika Serikat dan sekutunya yang terus membabi buta. Dengan menganggap dirinya sebagai polisi dunia yang merasuk ke seluruh penjuru dunia. Setelah kebijakannya atas Afganistan dan Irak, kini Somalia dan Iran yang dijadikan target kebijakannya.
Kemenangan anggota “sayap kiri” dalam merebut tahta kekuasaan di negara-negara Amerika Latin seperti Venezuela, Bolivia, Brasil, Argentina, Uruguay, Chile, hingga presiden Ekuador, Rafael Correa, yang baru-baru ini terpilih. Ditambah lagi dengan adanya Iran dan Suriah di Asia menjadikan Aliansi baru Asia (Iran-Suriah)-Amerika Latin menjadikan kecenderungan dan keinginan mereka untuk membentuk blok pertahanan dan kerjasama di berbagai bidang. Sehingga terbentuk sebutan pan-Amerika Latin untuk menggalang dukungan anti-AS.
Begitulah seharusnya presiden, pemimpin yang punya dedikasi tinggi untuk kesejahteraan rakyat dan antusias dalam menolong rakyat. Hakikatnya, kesejahteraan merupakan hak asasi warga negara yang harus dipenuhi. Jika tidak, berarti pemerintah telah mengabaikan hak-hak rakyat dan melalukan pelanggaran kemanusiaan.
Penulis melirik Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad yang sederhana dan pemberani dengan kebijakan nuklirnya, Pemimpin Venezuela Hugo Chavez yang dengan lantang menolak perdagangan bebas Amerika, dan musuh tradisional AS, Presiden Kuba Fidel Castro. Castro Pernah menyatakan, “Aku yakin benar bahwa tatanan ekonomi sekarang ini, yang dipaksakan oleh negeri maju, tidak saja kejam, tidak adil, tidak manusiawi dan bertentangan dengan hukum keniscayaan sejarah, akan tetapi juga, secara inheren, rasis!”. Selain itu, penulis juga dicontohkan kepemimpinan Evo Morales, pemimpin Bolivia. Morales selalu mengkampanyekan bahwa musuh paling jahat umat manusia adalah kapitalisme.
Secara sekilas buku ini menjurus pada Anti-Amerika, dengan segala persoalan yang dihadapi oleh sebagian besar negara berkembang diantaranya hutang yang melambung dan arus globalisasi yang menyuburkan kapitalisme.
Buku ini juga sangat menggungah para pembaca tetang kebijakan-kebijakan yang diambil oleh Presiden Revolusioner ini. Kebijakan yang sangat berani mengambil resiko hanya untuk menyelamatkan rakyatnya. Tak heran jika rakyat yang note bene “kaum tertindas” menganggap keempat pemimpin tersebut sebagai “dewa”.(Berbagai Sumber)
Jumat, 22 Agustus 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar